14 Maret 2008

Identifikasi Blastomycosis

Identifikasi Blastomycosis

Oleh:
Akram Sumambang (5740), Agus Yudhi Heryanto (5682), Eko Hermanto (5650), Kristoporus Danang Setyo Aji (5782), Arifudin (5704)

Jamur Penyebab : Blastomyces dermatitidis

Ada 3 macam bentuk klinis:

  • cutaneous,
  • pulmonary,
  • systemic

Cutaneous terjadi penyebaran pada kulit, biasanya berbentuk nodule atau pustule kemudian pecah dan keluar nanah. Dan dapat juga berbentuk verrucous dan granulomatous. Lesi ini biasanya terjadi pada daerah tertutup pakaian dan dapat salah diagnosa dikira squamous cell carcinoma. Selain dikulit lesi ini dapat terjadi dimucosa hidung, mulut, dan larink.

Blastomyces dermatitidis mempunyai dua fase:

  • Pada fase mycelium: terbentuk hyphe bersepta dan conidia

  • Blastomyces dermatitidis (fase yeast): sel yeast berkembang biak dengan membentuk anak dan akhirnya membesar kemudian terlepas dari sel yeast ibu. Sel yeast ibu dengan anak yang masih melekat disebut blasoconidia.

Blastomyces dermatitidis dengan perwarnaan GMS(Gomori Methenamine Silver) pada suhu 37° C sel yeast berdinding tebal dan mempunyai celah yang lebar.

Blastomyces dermatitidis dengan pewarnaan H&E ditemukan sel yeast berdinding tebal dan mempunyai celah yang lebar.

Blastomyces dermatitidis dengan pewarnaan GMS-H&E ditemukan sel yeast berdinding tebal dan mempunyai celah yang lebar

  • Pertumbuhan In Vitro dan Sporulasi Blastomyces


Habitat patogen yang alami dari manusia, B l a s t o l ~ ~ y c edserl~zatitidis dari penelitian Gilchrist & Stokes, telah dengan jelas dibuktikan. Penelitian menggasumsikan dengan menggunakan media, dan dari laporan yang ada, hanya ada 2 media isolasi yang dapat eksis / tumbuh, namun hasil tersebut belum dikembangkan lagi.

Rcl Donough menyimpulkan bahwa ekologi lain dari B. Dermatidis belum diketahui dan beliau menyebut pengujian ini sebagai "a wide range of habitats” dalam penemuan reservoir di alam., karena dalam penelitiannya pada media dapat terlisiskan.

Baru-baru ini cendawan juga dapat diisolasi dari pupuk merpati yang disimpan dalam greenhouse untuk kepentingan pemupukan, Namun data sumber dari pupuk belum dapat diperoleh secara pasti. Studi-studi dalam rangka memperkuat temuan tersebut, maka dilakukan dengan menggunakan bahan yang mengandung woody atau kayu-kayuan untuk mencari habitat asli dari B. dermatidis.

Material dari empat jenis kayu yang umum di daerah yang endemic terhadap B. dermatidis sudah dapt dikoleksi. Termasuk jenis kayu lunak yaitu Jztniperzis virginiana L. (red cedar) and Pinus elivginzano Llill. (scrul) pine ; dan and kayu yang keras Liqirldnliihnl- styvaciflita L. (sweetgum) and Plafaniis occidentalis L. (sycamore).

Campuran dari hasil tatal yang disiapkan dari heartwood dan sapwood telah disterilkan dengan eth~leneo xide dan aseptically disatukan ke permukaan dari dicairkan 2% Noble/Nobel agar ( Difco) di (dalam) Petri plat sebagi media. Agar Xoble telah disiapkan kedua-duanya dengan dan ~ yithouth e penambahan dari yithouth steril 10% (ekstrak cair yang dipersiapkan dari froin lahan suatu hutan cemara. Inokulasi disiapan dari keempat isolasi B. dermatidis dengan mengguanakan manusia asli dan menunjukkan pertumbuhan 3 n-k pada Saboraud’s agar pada 25oC.

Agar Nobel ditambah contaitli~lg wood dan plat kendali terdiri dari SAB agar dan Agar Koble tanpa kayu telah disuntik dengan 0.5 ml ml mycelial homogenates dan diinkubasi pada 100% kelembaban pada 21- 25 C untuk 38 da. Jumlah rnycelial pertumbuhan saban menyepuh dievaluasi dan dinyatakan dalam kaitan dengan persen dari yang melihat pada SAB Aagar kontrol. Slide telah disiapkan dari area yang yang serupa dari tiap plat dan diteliti melalui mikroskop. Banyaknya conidia setiap slide telah terhitung dan dinyatakan dalam kaitan dengan persen dari yang pada SAB agar kendali.

Pertumbuhan Mycelial terjadi pada semua jenis kayu kecuali heartwood dan sapwood dari Platanus occidentalis. Bark pada umumnya pertumbuhan yang didukung lebih baik daripada heartwood dan sapwood.Pertumbuhan lebih agak lambat pada agar ditambah kayu dibanding dengan kayu itu sendiri, suatu cerminan dari difusi dari bahan gizi tidak ada pertumbuhan atau sporulation terjadi pada Substrate-Free Noble / Nobel agar. Kecuali pada Platanus occidentalis heartwood dan sapwood, sporulasi yang mendekati atau melebihi SAB kontrolnya. Soil ekstrak meningkatkan pertumbuhan hingga 50% pada plat. Namun, sporulation yang terbesar telah dilihat pada Pinztsvir qiniana dengan penambahan soil ekstrak. Tidak ada gambaran yang dapat ditarik atau disimpulkan antara pertumbuhan myeletical dengan sporulasi. Data ini menunjukkan kemampuan B. dermatidis untuk tumbuh dan bersporulasi pada media yang berbahan kayu. Hal ini memungkinkan suatu keuntungan yang selektif B. dermatidis dengan media nernahan kayu, misalnya perlindungan terhadap faktor litik yang biasa ditemukan pada media. Walaupun studi lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi ini, bukti yang cukup telah dipertunjukkan untuk membenarkan pertimbangan dari material kayu sebagai sumber contoh untuk B. dermatidis dalam usaha isolasi.


Blastomycosis pada karnivora


Daftar Pustaka:
Dixon,D M. Shadomy, Jean and Shadomy, S.1977. IN VITRO GROWTH AND SPORULATION OF BLASTOMYCES DERMATITIDIS ON WOODY PLANT MATERIAL.vol 69. Departement of Microbiology, Medical ollege of Virginia,Virginia Commonwealth University, Richmond, Virginia.
Pohan, Arthur. BAHAN KULIAH MIKOLOGI. Fakultas Kedokteran Unair

13 Maret 2008

HISTOPLASMOSIS: DIAGNOSA LABORATORIK DAN IDENTIFIKASI

HISTOPLASMOSIS: DIAGNOSA LABORATORIK DAN IDENTIFIKASI

Oleh :
Amin Dyah Utami ( KH/5501 ), Alim Islamawati ( KH/5526 ), Evita Mawar Ayu Respati (KH/5574 ), Utami Ningsih (KH/5600 ), Julvina Kusumastuti ( KH/5607 )

Histoplasmosis adalah infeksi dengan bermacam gejala dan tingkat keseriusan. Biasanya berpengaruh pada paru-paru. Saat merusak bagian dari tubuh yang lain, disebut disseminated histoplasmosis.Histoplasmosis adalah infeksi jamur dengan berbagai macam gejala dan tingkat keparahan. Biasanya menyebabkan sebuah akibat dalam waktu singkat, infeksi paru-paru yang susah diobati. disseminated histoplasmosis dapat berakibat mematikan. Jamurnya hidup di tanah, terutama tanah yang kaya kotoran kelelawar dan burung. Orang dihinggapi histoplasmosis saat bernafas di daerah berdebu yang mengandung jamur tersebut.Histoplasmosis dapat diobati dengan obat pembasmi jamur. Untuk mencegah histoplasmosis:
Histoplasmosis disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, suatu jenis jamur. Jamur Histoplasma capsulatum var. capsulatum (Ajellomyces capsulatus) ini merupakan suatu jamur dimorphic yang tumbuh subur di tanah sebagai jamur dan sebagai ragi pada binatang atau manusia. Jamur ini menghasilkan spora yang dapat terhirup saat berada di udara. Spora adalah sebuah bentuk pertahanan jamur yang dapat membuatnya hidup pada sebuah lingkungan untuk waktu yang lama.

IDENTIFIKASI

Mycosis sistemik dengan spektrum klinis yang bervariasi, dengan lesi utama terjadi pada paru-paru. Walaupun infeksi sering terjadi, namun penyakit ini muncul dengan gejala klinis yang jelas sangat jarang. Lima bentuk gejala klinis sebagai berikut sering ditemukan:
1) Tanpa gejala dan hanya ditandai dengan gejala hypersensitive terhadap histoplasmin.
2) Berupa tumor pernafasan akut yang jinak, dengan variasi mulai dari penyakit yang ringan pada saluran pernafasan sampai dengan tidak dapat melakukan aktivitas karena tidak enak badan, demam, kedinginan, sakit kepala, myalgia, nyeri dada dan batuk nonproduktif, kadang-kadang timbul erythema multiforme dan erythema nodosum. Ditemukan adanya pengapuran kecil-kecil tersebar pada paru-paru, pengapuran pada kelenjar limfe, hiler dan limpa merupakan gejala lanjut dari penyakit ini.
3) Histoplasmosis disseminata akut dengan demam yang menguras tenaga, gejala GI, timbulnya gejala supresi sum-sum tulang, hepatosplenomegali, limfadenopati dan yang berlangsung cepat, lebih sering terjadi pada bayi, anak muda dan pasien dengan gangguan kekebalan termasuk mereka dengan AIDS. Tanpa pengobatan benar, bentuk penyakit tersebut biasanya mengakibatkan kematian.
4) Histoplasma kronis disseminata dengan demam ringan berlanjut, kehilangan berat badan, lemah, hepatosplenomegali, abnormalitas hematologi ringan dan penyakit fokal (seperti endocarditis, meningitis, ulcus pada mukosa mulut, laring, sakit perut atau muncul sebagai penyakit pada saluran pencernaan dan penyakit Addison). Bentuk penyakit tersebut berlangsung secara subakut dengan perjalanan penyakit lebih dari 10-11 bulan dan biasanya mematikan apabila tidak diobati.
5) Sakit paru-paru kronis dengan gejala klinis dan radiologis menyerupai tuberculosis paru kronis dengan caverne, terjadi paling sering pada usia pertengahan dan pria berusia tua dengan penyakit yang mendasari berupa emfisema dan berlangsung selama beberapa bulan atau tahun dengan periode inaktif dan kadang-kadang sembuh secaraspontan (tiba-tiba).

DIAGNOSA LABORATORIK
Diagnosa klinis ditegakkan dengan kultur atau ditemukannya jamur pada sediaan apus dengan pengecatan Giemsa atau sediaan apus dengan pengecatan Wright yang diambil dari eksudat ulcus, sum-sum tulang, sputum atau darah; teknik pengecatan khusus penting dilakukan untuk bisa melihat jamur-jamur pada sediaan biopsi yang diambil dari hati dan ulkus atau kelenjar limfe paru. Dari berbagai jenis pemeriksaan serologis yang ada saat ini, maka pemeriksaan imunodifusi adalah yang paling spesifik dan dapat dipercaya. Terjadinya peningkatan pada titer CF dengan paired sera mungkin ditemukan pada awal nfeksi akut dan sebagai bukti dari penyakit aktif; meskipun demikian, hasil skin test yang positif terhadap histoplasmin yang baru saja dilakukan akan meningkatkan titer terhadap bentuk mycelial, dan dengan pemeriksaan serologis dapat terjadi reaksi silang dengan mikosis lain. Hasil tes positif palsu cukup banyak terjadi dibandingkan dengan hasil pemeriksaan serologis yang negatif tidak menyingkirkan diagnosa. Deteksi antigen pada serum atau urin berguna untuk menegakkan diagnosa dan digunakan untuk memantau hasil pengobatan histoplasmosis disseminata. Pemeriksaan skin test terhadap histoplasmin bermanfaat pada studi epidemiologis namun bukan untuk menegakkan diagnosa karena hanya untuk mengindikasi adanya exposure jamur..
Dalam agar Sabouraud pada suhu 25 o C, koloni tyerl;ihat berwarna putih seperti kapas sampai berwarna krem pada awalnya setelah itu menjadi kemerahan sampai coklat. dua macam spora dihubungkan dengan hifa bersepta kecil, halus dengan microconidia berbentuk bundar sampai pyriformis. bahkan pada cabang lateral yang pendek atau yang langsung dari bagian dasar ; microconidia yang kecil dan besar atau chlamydospora dengan diameter 7 – 18 µm yang bundar, berdinding tebal dan ditutupi dengan chlamydospora tuberculate (penonjolan seperti gagang pintu).
Dalam agar darah pada suhu 37 oC, koloni berbentuk kecil, putih dan yeast-like dan memproduksi sel yeast-like. CFT sangat berguna; titer yang muncul signifikan, titer lenyap dalam waktu sekitar 9 bulan. Tes immunodifusi dan counterimmunoelectrophoresis juga berguna.

Daftar pustaka:
Bailey and Scott. 1962. Diagnostic Microbiology. London : The C.V. Mosby Company.
Carter, G.R and Wisw, Darla.J. 2004. Essentials of Veterinary Bacteriology and Mycology, 6th edition. Ames, Iowa : A Blackwell Publishing Company.
Chin, James. 2000. Manual Pemberantasan Pentyakit Menular, edisi 17. Jakarta : Bakti Husada.

ASPERGILLOSIS: PATOGENESIS DAN PATOGENESITAS

ASPERGILLOSIS:
PATOGENESIS DAN PATOGENESITAS

Oleh

SRI KASMIATI (EKH/0269), KALIANG RIHIMBANI (EKH/0314), RICHARDO C. A. RUMLUS (EKH/0315), PUTUT MANGGALA (EKH/0347), ISAK MEOSIDO (EKH/0481)

Aspergillosis adalah penyakit jamur pada unggas, burung-burung liar termasuk penguin dan mamalia yang sudah lama dikenal di beberapa negara. Jenis Aspergillus yang dianggap pathogen untuk hewan adalah Aspergillus fumigatus, Aspergillus niger, Aspergillus glaukus dan mungkin juga Aspergillus flavus dan Aspergillus candidus. Patogenesis dari Aspergillus sp., dipengaruhi oleh beberapa factor :

  • jumlah toksin dan jenis toksin yang dihasilkan,

  • organ yang terserang

  • daya tahan tubuh hewan

  • infeksi sekunder.

Toksin yang dihasilkan suatu spesies jamur seperti Aspergillus sp dikenal dengan istilah mycotoksin. Biasanya jamur-jamur tersebut tumbuh pada hasil-hasil pertanian yang tidak mendapat penanganan yang baik pada pasca panen. Untuk wilayah kita komoditi Jagung, gaplek serta dedak merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur-jamur tersebut. Dan alangkah ironisnya kesemuanya itu merupakan bahan yang dipakai dalam pakan campuran konsentrat (Litbang Pertanian. 2001). Mycotoxin yang dihasilkan oleh species Aspergillus yaitu CPA, Aflatoxin B1, B2, G1, G2 , dan Ochratoxin A. (Devegowda dalam Diaz, 2005).

Saat ini, beberapa mycotoxin yang sudah teridentifikasi di Indonesia yaitu AFB1, ZEN, DON dan CPA (Litbang Pertanian, 2001) dan dipertegas oleh Devegowda (2005) bahwa hampir 81% sample dari feedmill yang ada terkontaminasi oleh CPA. Keberadaan CPA ini merupakan ancaman bagi saluran pencernaan unggas (Devegowda dalam Diaz, 2005).

Faktor-faktor pendukung timbulnya asperegilosis adalah keadaan kandang dengan ventialsi yang kurang memadahi, kandang berdebu, kandang dengan kelembaban tinggi dan temperature relative tinggi (>25OC), kadar ammonia tinggi, liter basah dan lembab, pakan lembab dan berjamur, penyakit imunosupresif, pencemaran pada inkubator dan temperatur pemanas yang rendah pada saat pemeliharaan DOC. (Tabbu. 2000)

Patogenesis dan Patogenesitas pada unggas

Di Indonesia kejadian-kejadian penyakit tersebut sering terlihat pada ayam, itik dan angsa bersifat menahun. Aspergillosis pada unggas merupakan penyakit pernafasan yang bersifat berat dan juga dapat menimbulkan lesi pada organ lain seperti hati, otak dan mata. Penyakit ini disebut juga brooder pneumonia, micotik pneumonia dan fungal pneumonia. Penyakit ini dapat bersifat akut dan kronis. Sifat akut biasa terjadi pada ayam yang masih muda dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, sedangkan yang bersifat kronis biasa ditemukan pada ayam dewasa tetapi morbiditas dan mortalitasnya rendah. Aspergillus sp dapat masuk kedalam tubuh unggas dan menyebabkan aspergillosis melalui :

  • Inhalasi spora

  • Pakan yang terkontaminasi

  • Telur yang mengandung spora

Penyakit ini dapat ditemukan dalam beberapa bentuk yakni :

  • Bentuk pulmonun, ditemukan pada burung puyuh, kalkun, ayam dan berbagai jenis burung liar atau peliharaan tertama penguin

  • Bentuk sistemik, ditemukan pada kalkun dan ayam

  • Bentuk kulit jarang muncul dan dapat ditemukan pada ayam dan burung merpati yang ditandai dengan adanya dermatitis granulomatosa.

  • Bentuk tulang (osteomikosis), ditemukan pada ayam yang ditandai adanya infeksi Aspergillus sp pada tulang punggung dan dapat mengakibatkan terjadinya paralisis, merupakan perluasan infeksi dari pulmo yang menyebar melalui sirkulasi darah.

  • Bentuk mata, ditemukan pada ayam dan kalkun yang bersiaft unilateral dan lesi pada konjugtiva dan permukaan luar mata yaitu adanya pembentukan eksudat kaseus (plaque) dibawah membrane nictitans, keratitis radang (kornea) dan infeksi pada bagian superficial mata.

  • Bentuk encephalitik, ditemukan pada ayam, kalkun dan itik. Adanya lesi oleh hyphae dari Aspergillus sp, gangguan syaraf pusat atau lesi pada otak.

Spora yang masuk kedalam tubuh unggas, terbawa aliran darah sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ. Setiap mycotoxin mempunyai efek negatif pada target organ yang berbeda-beda, misalnya Aflatoxin menyebabkan kerusakan pada hati sedangkan Ochratoxin A menyebabkan kerusakan pada ginjal ternak. Secara umum serangan mycotoxin pada ternak unggas mengakibatkan :

  • Terjadi immunosuppresion (dikarenakan ada kelainan tymus dan bursa fabricus sebagai pabrik antibody)

  • Penurunan Feed Intake

  • Produksi telur akan terganggu serta turunnya hatchability

  • Pertumbuhan bobot badan (PBB) yang rendah

  • FCR tinggi

  • Penurunan pigmentasi kulit

  • Terjadi kelainan organ dalam seperti gizzard, hati dan ginjal.

  • Peningkatan mortality

Menurut BASF, 1998 diantara beberapa akibat diatas, ada satu yang benar-benar harus dicermati yaitu terjadinya imunosuppression. Apabila ini telah terjadi maka dapat diprediksikan bahwa di farm tersebut akan terjadi invasi dari virus/bakteri pathogenic. Dengan terjadinya penurunan daya tahan tubuh (immune), maka ternak tersebut akan lebih mudah terinfeksi virus/bakteri yang gejalanya lebih jelas daripada faktor primernya (mycotoxin)

Masing-masing ternak mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap kontaminasi mycotoxin dalam pakan. Dengan kata lain apabila kandungan mycotoxin didalam pakan masih dalam batas ambang aman, maka ternak tersebut masih bisa bertahan, tidak mengalami kematian hanya terganggu proses-proses metabolismenya dan apabila kandungan mycotoxin telah melebihi batas ambang aman maka ternak tersebut mulai menampakkan gejala-gejala mycotoxicosis tersebut diatas.

Menurut BASF, 1998 menyebutkan bahwa ayam broiler mampu mentoleransi aflatoxin sebesar 0.010 ppm (10 ppb) sedangkan ayam layer mampu sampai dengan 0.02 ppm (20 ppb). Dan menurut Romindo, 2004, untuk semua unggas muda masih bisa bertahan terhadap kontaminasi Aflatoxin sampai dengan 0.05 ppm (50 ppb), untuk unggas dewasa sampai dengan 0.10 ppm (100 ppb) (Devegowda dalam Diaz, 2005).


Patogenesis dan Patogenesitas pada hewan lain

Pada kuda, sapi dan babi Aspergillus sp. terinhalasi, dapat menyebabkan aspergillosis yang bersifat pneumomikosis. Aspergillus sp yang berada dan terbawa dalam aliran darah dapat menyerang otak dan selaput-selaputnya. Aspergillus sp. Juga menyebabkan abortus bila menyerang selaput janin.


Patogenesis dan Patogenesitas pada manusia

Pada manusia dikenal tiga bentuk yaitu pneumomikosis, meninggo- enchepalitis dan opthalmitis. Kejadian pada manusia, aspergilosis bronkopulmonum alergika (allergic bron-chopulmonary aspergillosis = ABPA) ialah penyakit kronis saluran pernafasan, yang terjadi pada penderita asma atopi akibat kolonisasi jamur Aspergillus spp’’. Kasus pertama ABPA didiagnosis di Inggris pada tahun 1952 dan kasus pertama di Amerika Serikat ditemukan pada tahun 1968. Di Medan (Indonesia) kasus tersangka ABPA pernah pula dilaporkan pada tahun 1987.

ABPA diawali oleh salah satu sebab, yaitu terperangkapnya miselia Aspergillus spp dalam plug 4atho penderita asma atau kolonisasi Aspergillus spp pada saluran pemafasan (bronchial tree) penderita asma. Material 4athogene dari Aspergillus spp tersebut merangsang produksi 4athogen IgE, IgG, IgA dan mensensitisasi limfosit. Asma 4athogene pada sebagian ABPA melibatkan degranulasi sel mast dan melepaskan IgE yang mengakibatkan peningkatan resistensi jalan udara. Terjadinya bronkiektasis yang dikaitkan dengan kelainan ini diduga akibat pembentukan ‘kompleks-imun di dalam jalan udara proksimal. Reaksi tanggap-kebal (immune-response) ini dapat dilihat pada individu-individu yang terpapar antigen. Berdasarkan studi imunofluorensi terhadap 4athog kulit dari penderita tersebut diatas ternyata menunjukkan deposisi IgG, IgM, IgA dan komplemen. Pada beberapa penderita telah dibuktikan pula bahwa penyakit saluran pernafasan tersebut disebabkan oleh hipersensitivitas lambat (delayed hypersensitivity). Jadi 4athogenesis ABPA ini tergantung pada reaksi imunologik tipe I dan III dan mungkin pula tipe IV.

Daftar Pustaka

Annonimous, 1981. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Dirjen Peternakan. Departemen Pertanian RI. Jakarta

Annonimous, 2008. Aspergillosis. www. Litbang Pertanian. Departemen Pertanian RI. Jakarta

Anwar R. and M. Mochtar Tarigan, 1991. Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis Mycology, Immunology, and Clinical Aspects. Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, Islamic University of North Sumatra, Medan. Laboratory of Pulmonology, Faculty of Medicine, Islamic Universigy of North Sumatra/PTP IX Hospital, Medan.

Ressang A. A., 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi 2. Team Leader IFAD Project : Bali Cattle Disease Investigation Unit, Denpasar, Bali

Tabbu C. R., 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Diaz, 2005. Aspergillosis. www.jogja vet.com

COCCIDIOMYCOSIS

COCCIDIOMYCOSIS

Oleh :

Rima Eka Sari EKH/434, Vatricia Aris EKH/464, Murniati EKH/473, Dewi Murni EKH/474, Rozaliana Rizal EKH/478


Sejarah

Kasus koksidiomikosis ditemukan pertama kali oleh Posadas dan Wernicke pada tahun 1892 di Argentina. Dikson dan Gifford (1938) mengumumkan bahwa penyakit ini endemis di daerah San Joaquin Valley dan merupakan penyakit pernapasan yang cara infeksinya karena inhalasi spora C. immitis. Sindrom penyakit disebut San Joaquin Valley Fever.


coccidioidomycosis_face.gif


Penyebab

Penyebabnya adalah Coccidioides immitis, suatu jamur dimorfik yang terdapat di alam bebas.


Distribusi Geografik

Daerah endemik koksidiomikosis terdapat di benua Amerika dan pernah dilaporkan di Australia. Di Indonesia belum pernah ditemukan.

Morfologi

C. immitis adalah jamur dimorfik. Di tanah dan dalam biakkan suhu kamar C.immitis membentuk koloni filamen. Hifa jamur ini membentuk artrospora dan mengalami fragmentasi. Artrospora ini ringan dan mudah terbawa oleh angin dan terhirup ke dalam paru. Pada suhu 37 C, C. immitis membentuk koloni yang terdiri dari sferul yang berisi endospora.

Patologi dan Gejala Klinis

Manusia mendapatkan infeksi dengan inhalasi spora. penyakit ini dikenal dalam dua bentuk yaitu koksidiomikosis primer dan koksidiomikosis progresif. Koksidiomokosis primer biasanya mengenai paru dengan gejala menyerupai infeksi paru oleh organisme lain. Sebagian besar tanpa menimbulkan gejala dengan gejala ringan atau sembuh sendiri. Pada infeksi berikutnya dapat timbul eritema nodosum atau eritema multiforme. Koksidiomikosis progresif adalah penyakit yang bila tidak diobati berlangsung fatal. Hanya sebagian kecil dari koksidiomikosis primer yang menjadi progresif yang dapat menyebar ke otak, kulit atau organ lain. Penyakit primer yang menjadi progresif lebih banyak terjadi pada orang kulit berwarna daripada orang kulit putih.

Diagnosis

Untuk membuat diagnosis penyakit ini diperiksa dengan bahan dahak, cairan serebrospinal, nanah atau jaringan biopsi. Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10%, jamur tampak sebagai sferul dengan dinding jelas dan berisi endospora. Bila sferul pecah, endospora keluar dan di jaringan tumbuh menjadi sferul baru.

Pemeriksaan histopatologik jaringan yang dipulas dengan HE menunjukkan adanya sferul di jaringan dalam berbagai stadium, dalam sarang peradangan atau abses. Sferul yang matang mempunyai dinding yang jelas, berukuran 20-200 mikron dan berisi endospora berukuran 2-5 mikron. Dalam biakkan medium agar saboraud suhu kamar tumbuh koloni filamen. Hifa membentuk artrospora yang mudah mengalami fragmentasi.

Bahan klinis dapat disuntikkan ke dalam rongga peritoneum binatang percobaaan. Pada binatang percobaan ini mudah menjadi koksidiomikosis progresif.. Pemeriksaan serologi dengan reaksi presipitin dan reaksi ikat komplemen penting untuk menyokong diagnosis.

Pengobatan

Koksidiomikosis primer kebanyakan dapat sembuh sendiri. Pada koksidiomikosis progresif pengobatan diberikan dengan amfoterisin B secara intravena, pemberian ketokonazol dan derivat azol lain.


Prognosis

Prognosis koksidiomikosis primer baik sedangkan progresif buruk bila keadaan telah lanjut. Parameter jumlah eosinofil penting untuk menentukan prognosis. Bila jumlah eosinofil terus meningkat, maka prognosis buruk.

Epidemiologi

Jamurnya terdapat di tanah dan manusia mendapatkan infeksi pada musim panas dan musim gugur. Di daerah endemi infeksi terjadi dengan menghirup debu yang mengandung spora. penyakit ini tidak ditularkan dari orang ke orang lain. Pencegahan infeksi dengan menghindari daerah yang diketahui mengandung jamur tersebut dan menggunakan pelindung.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.histopathology-india.net/Cocci.htm

http://rds.yahoo.com/_ylt=A9G_bI.sBNJH_mkA7yqjzbkF/SIG=12cnnpbe6/EXP=1205032492/**http%3A//eregimens.com/regimens/Antifungal%2520General.htm

Gandahusada. dkk. 2004. Parasitologi Kedokteran. Gaya Baru. Jakarta.

Aspergillosis: Diagnosis Laboratorik dan Identifikasi

Aspergillosis:
Diagnosis Laboratorik dan Identifikasi

Oleh :
Alyesha Martha Agustine (KH/5715), Rochana Darmastuti (KH/5685), Maria Meyliana (KH/5697), Elisabeth Evi (KH/5699), Dian Permata Putri (KH/ 5683)

Aspergillosis

Aspergillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh fungus dan menunjukkan ciri-ciri jangkitan kepada sistem pernafasan. Spora Aspergillus dapat memasuki parenkim paru-paru bila terhirup dan menimbulkan Aspergillosis paru-paru.


Gambar : Aspergillosis


Aspergillosis paru-paru sekunder

Aspergillosis paru-paru sekunder terjadi bila si penderita sebelumnya mempunyai penyakit TBC (tuberkulosis paru), Diabetes Mellitus, kanker paru, dan pada penderita yang diberi pengobatan antibiotika serta obat kortikosteroid untuk jangka waktu lama dalam dosis tinggi.

Pada penderita TBC dengan batuk darah yang sudah sembuh, kemudian terjadi lagi batuk darah, kemungkinan jamur ini ada. Pada rongent terlihat gambaran yang sangat khas berupa rongga atau lubang paru-paru dengan bola atau fungus ball yang merupakan kumpulan koloni jamur.

Jika bola ini lepas, tidak memberi gejala karena tidak mengadakan infiltrasi. Tetapi jika terjadi infiltrasi, maka dinding paru-paru dan pembuluh darah rusak, menimbulkan perdarahan setempat.

Infeksi lain yang menimbulkan gejala ringan berupa alergi. Reaksi alergi karena inhalasi spora Aspergillus ini dapat menyebabkan asma. Dapat pula menyebabkan reaksi lokal pada saluran napas sehingga menghasilkan lendir atau mukus yang banyak.

Diagnosa :

Diagnosa dibuat dengan memeriksa sputum atau dahak penderita, sekret bronchus, sekret hidung, pus atau nanah dari sinus, kerokan kuku, kerokan kornea mata, biopsi jaringan, bahan autopsi. Untuk diagnosis pasti dengan bronkoskopi yang dapat memperkecil kemungkinan terhirupnya spora, mencuci bagian dalam paru-paru. Juga bisa dilakukan dengan biopsi yang hasilnya dapat dikultur atau dibiakkan dan dapat pula diperiksa secara Patologi Anatomi. Biopsi dapat juga dengan transforata (tusukan) hingga sampai mengarah fungus ball.


Identifikasi :

Pada sediaan langsung ditemukan jamur di dalam bahan klinik sebagai hifa bersekat, bercabang dengan atau tanpa spora. Gambaran histologi menunjukkan jamur di dalam jaringan sebagai hifa bersekat, bercabang, tersusun radier menuju satu jurusan. Biakan pada medium Sabouraud membentuk koloni filamen dengan susunan conidia yang khas. Cara pemeriksaan yang lain dengan Serologi yaitu RIK (Reaksi Ikatan Komplemen) dan ID (Imunodifution test).

Gambar : Aspergillosis paru- paru


Aspergillosis Bronkopulmoner Alergika

Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi alergi terhadap jamur yang Aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dan kantong udara di paru-paru. Penyebab jamur Aspergillus fumigatus. Infeksi akibat Aspergillus (misalnya pneumonia atau aspergiloma) jarang terjadi. Tetapi beberapa orang menunjukkan suatu reaksi alergi (hipersensitivitas) terhadap jamur ini yang ditandai dengan adanya peradangan pada saluran pernafasan (bronkus) atau kantong udara (alveolus). Penyakit ini bisa menyerupai asma atau pneumonia, dan pada kenyataanya, sebagian besar penderita ABPA juga menderita asma. Resiko tinggi terjadinya ABPA ditemukan pada penderita asma atau fibrosis kistik.

Gejalanya terdiri dari gejala asma yang semakin memburuk, bengek, batuk (bisa disertai dahak berwarna kecoklatan atau kemerahan), dan demam.


Diagnosa :

Dari berbagai pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut:

- Jumlah eosinofil meningkat

- Kadar antibodi IgE meningkat (kadar IgE total dan IgE khusus untuk

Aspergillus)

- Tes kulit antigen aspergillus

- Antibodi Aspergillus positif

- Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi dan bayangan yang mengerupai jari tangan

- CAT scan dada menunjukkan adanya bronkiektasis sentral atau sumbatan lendir

- Pewarnaan dan biakan dahak untuk jamur

- Bronkoskopi disertai pembiakan dan biopsi transbronkial

- Biopsi paru (jarang dilakukan)

Gambar : Aspergillus fumigatus

Gambar : Aspergillus fumigatus

Otomycosis

Aspergillosis lain yang menyerang liang telinga disebut Otomycosis (jamur telinga). Aspergillosis pada liang telinga yang menyebabkan Otomycosis, gambaran kliniknya berupa kelainan yang menyerang liang telinga bersifat subakut atau menahun. Pada permukaan tampak hyperemia kulit liang telinga dan membrana tympani. Terdapat sisik pada kulit, kadang-kadang ada cairan bening. Keluhan terutama gatal.







Diagnosa :

Untuk mendiagnosis Aspergillus pada telinga ini, bahan yang diperiksa adalah kotoran telinga atau kerokan kulit liang telinga. Pada pemeriksaan langsung sediaan KOH 10% akan tampak hifa dan/atau spora, tergantung pada jamur penyebabnya.


Identifikasi :

Identifikasi jamur didasarkan biakan pada agar Sabouraud dalam suhu kamar.

Keratomycosis

Aspergillosis yang menyerang kornea mata disebut Keratomycosis (jamur kornea mata). Pada aspergillosis yang menyerang kornea mata, cara infeksinya dengan trauma yaitu tusukan benda yang mengandung spora. Gambaran kliniknya dijumpai Ulcus Kornea disertai Infiltrat atau Abses dan sering disertai Hypopyon yaitu endapan sel-sel radang pada Kamera Oculi.


Oncychomycosis

Aspergillosis apabila menyerang permukaan kuku disebut Oncychomycosis (jamur kuku), dan dan pernah di dapatkan sebagai Mycetoma atau aspergillosis berbagai alat tubuh lainnya. Infeksi Aspergillus pada kuku yang sering dikenal dengan sebutan Tinea Unguium (Ring Worm of the nail) terjadi secara kontak langsung. Gambaran kliniknya berupa kelainan yang mengenai satu kuku atau lebih. Permukaan kuku tidak rata. Kuku menjadi rapuh atau keras. Kelainan dapat mulai dari proksimal atau distal tergantung pada penyebabnya. Dapat disertai paronychia.


Diagnosa :
Diagnosa penyakit ini ditegakkan dengan memeriksa bahan kerokan kuku dan kerokan di bawah kuku. Pada pemeriksaan langsung sediaan KOH 10 %, tampak jamur sebagai hifa atau spora. Jamur dapat ditentukan dengan pasti berdasarkan biakan.

DAFTAR PUSTAKA http://www.inovasi.lipi.go.id http://permimalang.wordpress.com http://indonesianindonesia.com http://www.webng.com

Cryptococcosis : Diagnosis Laboratorik dan Identifikasi

Cryptococcosis : Diagnosis Laboratorik dan Identifikasi


Oleh:
Wulan Septya Dini KH/5767, Heni Wahyu Prabawanti KH/5779, Niken Respati Maharani KH/5781, Jatu Nur Indah P. KH/5783

Cryptococcosis adalah suatu penyakit fungal sistemik systemic yang menyerang pernapasan, terutama rongga hidung, CNS, mata, dan kulit ( pada kucing terutama menyerang leher dan muka kucing). Penyebabnya adalah Cryptococcus neoformans, yang ada di lingkungan dan di dalam jaringan jamur.

Cryptococcosis sering dikelirukan dengan kasus mastitis karena pada sapi yang terinfeksi terdapat tanda-tanda yaitu anorexia, berkurangnya produksi susu, edema, kelenjar getah bening mengalami edema. Susu menjadi pekat, mucoid, dan berwarna putih gelap. Pada kuda, gejala klinisnya bahkan tidak tampak. Kuda terlihat mengalami sesak napas. Gejala klinis pada kucing berupa infeksi pada rongga hidung, bersin, mucopurulent, serous (bunyi sengau), hemorrhagi, edema subcutan, juga luka pada kulit yang berupa papula atau bongkol-bongkol kecil. Luka yang lebih besar cenderung menjadi bisul yang berupa serous eksudat pada permukaan kulit. Infeksi ini juga dikaitkan dengan penyakit saraf karena berhubungan dengan perubahan CNS, bahkan bisa mengakibatkan kebutaan.
Berbeda dengan kucing, pada anjing tampak gejala klinis yang berkaitan dengan kerusakan CNS dan kebutaan. Gejala klinis lain adalah meningoencephalitis, radang urat saraf yang berhubungan dengan mata, dan granulomatous chorioretinitis. Kadang juga ditemukan luka di dalam rongga hidung. Sekitar 50% anjing ditemukan infeksi pada paru-paru, ginjal, kelenjar getah bening, limpa, hati, gondok, pankreas, tulang, otot, myocardium, glandula prostata, klep hati/jantung, dan amandel.

Luka yang ditimbulkan berupa massa seperti agar-agar, mengandung banyak mikroorganisme yang menyebabkan radang di fase granuloma. Luka pada umumnya terdiri atas kumpulan organisme tanpa capsula di dalam suatu jaringan. Terlihat berupa macrophages dan sel raksasa dengan beberapa sel plasma dan lymphocytes. Epithelioid sel raksasa dan area necrosis lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan infeksi sistemik mycosis yang lain

DIAGNOSIS.

Diagnosis yang dilakukan adalah evaluasi cytologic dari nasal eksudat, eksudat kulit, CSF, atau sample dari paracentesis aqueous atau vitreous chamber dari mata atau nasal dan massa cutaneus yang berwarna kehitaman. Pewarnaan Gram dapat digunakan untuk mengidentifikasi jamur. Organisme mempertahankan warna kristal violet saat diwarnai dengan safranin. Pewarnaan Tinta India juga digunakan untuk mengidentifikasikan organisme, dimana tampak seperti siluet dengan latar belakang berwarna hitam. Namun, pada pewarnaan Tinta India tidak akan jelas seperti pada Pewarnaan Gram sebab lymphocytes, fat droplets, dan partikel pada Tinta India dikacaukan oleh organisme tersebut. Pewarnaan Wright paling sering digunakan untuk mendiagnosa anjing maupun kucing, tetapi pewarnaan ini dapat menyebabkan organisme menyusut dan perubahan bentuk pada kapsula. Pewarnaan Methylene Blue yang baru dan acid-Schiff berkala dianggap lebih baik daripada Pewarnaan Wright untuk alasan tersebut. Oleh karena kecepatan evaluasi cytologic dan hidroksida kalium, maka harus selalu dibuat suspect dari cryptococcal lesi. Jika organisme tidak terlihat, maka dapat diambil suatu biopsi luka, dengan menggunakan bagian dari sampel sebagai kultur dan sisanya untuk proses histology. Organisme dapat diwarnai dengan HE, tetapi kapsula tidak akan tampak. Organisme akan lebih mudah diidentifikasi dengan Pewarnaan PAS dan Gomori methenamine silver, tetapi kapsula juga tidak akan tampak. Pewarnaan yang paling baik adalah Mayer’S mucicarmine karena kemampuannya untuk memperjelas kapsula. Pewarnaan Immunofluorescent juga dapat digunakan. Kapsula yang besar dan dinding sel tipis dari Cryptococcus adalah yang membedakannya dengan Blastomyces. Cryptococcus tidak memiliki endospora, sehingga dapat dibedakan dengan Coccidioides immitis.


Pendeteksian cryptococcal antigen dalam serum, urin, atau CSF adalah suatu metode diagnosa yang bermanfaat karena dapat mengidentifikasi organisme dengan cepat pada kasus dimana Cryptococcus tidak dikenali. Titer Antigen juga dapat digunakan untuk menentukan respons pada therapy.
Organisme dapat dikultur dari eksudat, CSF, urin, dan sampel jaringan dengan mudah bila sampel tersedia dalam jumlah yang cukup. Sabouraud’S agar dengan zat pembunuh kuman (antibiotic) dapat digunakan jika kemungkinan terdapat pencemaran dari bakteri.

Daftar Pustaka : http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/51105.htm&word=cryptococcosis www.medicastore.com
www.wikipedia.com

12 Maret 2008

MYCETOMA

MYCETOMA

Oleh :
Andriana Eva K (KH/5630) – Pety Sekarjati (KH/5646) – Irene Linda MS (KH/5647) – Bibiana Krisanti (KH/5658) – Arifa nurjayanti (KH/5659)

Definisi

Merupakan suatu infeksi kronis pada daerah tropis maupun subtropics, seperti yang ditemukan di Brazil, Mexico, Arab, dan beberapa daerah di India. Mycetoma merupakan suatu syndrome yang diidentikkan dengan tumor dan sinus yang mengeluarkan pus (nanah). Mycetoma berlokasi pada cutaneus dan subcutaneous jaringan, fascia, ataupun pada tulang. Perubahan yang ditunjukkan berupa pembengkakan, granulomata, dan kekeringan pada sinus. Sinus akan mengeluarkan suatu granule/grains atau seperti butiran pasir yang mengandung fungi atau bakteri. Pada pewarnaan GMS(Gomori Methenamine Silver) bentuk granule tidak teratur, yang didapatkan hiphae dan clamydoconidia. Pada beberapa kasus, mycetoma mempunyai beberpa sinonim, yaitu Madura foot, maduromycetoma, dan maduromycosis.

Jenis mycetoma

Bacterial mycetoma

Disebabkan oleh bakteri dan dikenal sebagai Actinomycetoma.

fungal mycetoma

Disebabkan oleh fungi dan dikenal sebagai Eumycetoma.


Patogenesis

Penyakit ini biasanya muncul pada para pekerja yang berada di daerah pertanian, lebih khusus pada pria dengan usia 20-40 tahun. Penyakit ini terjadi karena adanya spora bakteri atau fungi yang terdapat dalam tanah. Pseudoallescheria boydii spp. adalah salah satu contoh fungi penyebab penyakit ini. Adanya infeksi karena penyakit ini tampak dengan adanya bentukan seperti agar-agar/ yogurt saat sudah dewasa. Penyebaran yang tidak sewajarnya juga bias terjadi, yaitu terjadinya hematogenus dan penyebaran pada limpha. Normalnya, infeksi pertama ditemukan pada daerah kaki atau tangan dan akan berjalan kearah lengan.


Diagnosis

Diagnosis dari mycetoma biasa dilakukan dengan pemeriksaan secara radiology dan .

Prognosa dan Terapi

Penyembuhan secara klinis biasanya dilakukan dengan operasi, Ketoconazole, Itraconazole, dan amputasi. Mycetoma disebabkan oleh fungi yang biasanya resisten terhadap kemoterapi. Bila terapi ini dilakukan akan menggunakan tempo waktu yang cukup panjang. Karenanya, amputasi biasanya merupakan langkah terakhir yang dilakukan.

Histopatologi

Daerah abses akan ditemukan materi pyogenic dan suatu granuler yang ditutup oleh eksudat. Pada daerah sekitar eksudat akan tampak adanya inflamasi granulomatosa, inflamasi kronis, dan granulasi pada jaringan.

Pengobatan langsung

Pus (nanah), eksudat, dan jaringan yang tampak secara makroskopik terinfeksi disembuhkan dari sclerotia.

Isolasi

Sample yang mengandung fungi diinokulasikan ke dalam Inhibitory Mould agar atau BHI agar dengan kandungan darah kambing sebesar 10% yang kemudian diinkubasi pada suhu 30°C. Skleotia harus dicuci dengan air steril atau dalam larutan antibiotic. Beberapa fungi peka terhadap cycloheximide, seperti IMA dan SDA.

Jenis-jenis fungi penyebab mycetoma

  • Eumycotic mycetoma (granule color)
  • Acremonium falciforme (white)
  • Acremonium recifei (white)
  • Aspergillus nidulans (white)
  • Exophiala jeanselmei (black)
  • Leptosphaeria senegalensis (black)
  • Madurella grisea (black)
  • Madurella mycetomatis(black)
  • Neotestudina rosatii (white)
  • Pseudallesheria boydii (white to yellow)

Jenis-jenis bakteri penyebab mycetoma

  • Actinomadura madurae
  • Actinomadura pelletieri
  • Streptomyces somaliensis'

Habitat alami

Pada tanah

Sumber :
http://www3.interscience.wiley.com/ www.doctorfungus.org/mycoses/human/other/mycetoma. http://en.wikipedia.org/wiki/Mycetoma
www.fk.unair.ac.id
www.actpathology.act.gov.au

08 Maret 2008

COCCIDIOMYCOSIS (PENGOBATAN)

COCCIDIOMYCOSIS (PENGOBATAN)

Oleh: Imron Rosyadi (KH/5711), Ikhsani S. H (KH/5741), Aryo Ardanto (KH/), Bashori (KH/5747), Prananda E. R (KH/5775)


Mungkin beberapa dari kita masih asing dengan istilah coccidiomycosis, Coccidiomycosis itu adalah suatu infeksi mycotic di daerah tertentu pada tubuh jadi ga’ menyerang seluruh permukaan tubuh yang disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis dan ini dilaporkan terjadi di Amerika Serikat barat daya. Menurut penelitian para dokter hewan di sana, lebih dari 170 kasus coccidiomycosis terjadi pada anjing. Biasanya penyakit ini ditandai dengan adanya gejala infeksi pernafasan seperti batuk kering.

Distribusi dari lesi disebabkan oleh adanya infeksi coccidial yang menyerang ke di berbagai organ dan yang paling parah adalah paru-paru dan nodulus limfatikus di thorac. Selain itu, kira-kira sekitar 50% anjing-anjing yang terinfeksi juga akan mengalami pembesaran atau kalsifikasi tulang sehingga menyebabkan osteomyelitis.


Pengobatan coccidiomycosis adalah dengan cara pertama pemberian ketoconazole. Dosis yang digunakan 5 mg/kg berat badan, q12h, diberikan dengan pakan. Pengobatan dilakukan minimum selama 1 tahun, kecuali jika terdapat peradangan di paru-paru, maka pengobatan dilanjutkan selama 6 bulan sampai titers negative dan bersih ketika di radiograf (Jika ada bengkak pada tulang).

Pada 2 – 3 minggu pengobatan, anjing biasanya akan mengalami anorexia, karena adanya bakteri dan efek ketoconazole. Ketoconazole bersifat suppressor karena kerjanya menekan steroid di dalam tubuh, oleh karena itulah ketoconazole dapat digunakan sebagai obat untuk Chusing’s disease. Anjing harus sering diberikan makan selama beberapa minggu pertama untuk memastikan bahwa obat bekerja secara baik, dan jangan biarkan anjing kehilangan berat badan sebelum beratnya meningkat.

Jika anjing tetap sakit walaupun sudah diberikan ketoconazole, cobalah itraconazole dengan dosis 2,5 mg/kg berat badan, q12h. Pengobatan terbaik untuk anjing yang tidak terlalu parah adalah dengan VF yaitu fluconazole dengan dosis 2.5 mg/kg berat badan, q12h. Terkadang pemberian fluconazole sangat membantu pada 1 – 2 bulan dan kemudian dilanjutkan dengan ketoconazole untuk treatment jangka panjang. Kebanyakan anjing lebih toleran terhadap fluconazole ketimbang ketoconazole atau itraconazole, dan obat ini adalah pilihan yang tepat untuk infeksi pada CNS.

Terkadang para dokter hewan merekomendasikan untuk ditambah dengan methylsulfonylmethane (MSM) saat diobati dengan VF, yang lainnya menambah lufenvron (Program, Novartis Animal Health, Mississauga, Ontario), 409.8 mg, diberikan secara per oral, q24h, tapi ini membuat pengobatan menjadi relative lebih mahal. Sedangkan yang lain ada juga yang memberi tambahan vitamin C (500 mg) sebagai anti fungal yang bekerja sangat baik pada asam lambung.

Bila demikian maka ini akan menjadi sebuah penemuan yang hebat bila kita bisa menemukan obat untuk Coccidiomycosis ini, mungkin saja dengan beragam tanaman herbal yang ada di Indonesia bisa menyembuhkan penyakit ini tanpa adanya efek samping.

Mari kami ajak Anda untuk berdiskusi mengenai hal ini, beri kami komen agar kita bisa sama-sama bertukar pikiran.

REFERENCES

Morgan, RV. Coccidiomycosis. Handbook of Small Animal Practice, 3rd ed, Philadelphia: WB Saunders,1997:1119–1121.
Ettinger SJ, Feldman, EC. Coccidiomycosis. Textbook of Veterinary Internal Medicine, 4th ed, vol 1, Philadelphia: WB Saunders, 1995:444–448.
Burri C: Post-Traumatic Osteomyelitis. Bern, Hans Huber, 1975
Caywood DD, Wallace LJ, Terrance H et al: Osteo myelitis in the dog: A review of 67 cases. J Am Vet Med Assoc 172:943, 1978

Dermatophytosis : Aspek Kesehatan Lingkungan

Dermatophytosis : Aspek Kesehatan Lingkungan

Oleh:

Ariani Hasan KH/5669, Nurfiska Yunitasari KH/5698, Citra Nutriana KH/5700, Rakhmi Nurrozalani KH/5718, Endah Puspitasari KH/5721


WASPADALAH!!!!

Nama lain Dermatophytid; Tinea
Definisi Ringworm (Dermatophytosis) adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur. Ringworm dapat menyerang kulit di tubuh (tinea corporis), kulit dan rambut kepala (tinea capitis), area inguinalis (tinea cruris, juga disebut jock itch), atau kaki (tinea pedis, juga disebut athlete’s foot). Kucing biasanya tertular oleh Microsporum canis, sedangkan anjing kemungkinan tertular oleh Microsporum canis, Microsporum gypseum atau Trichophyton mentagrophytes. Kurap (Ringworm) di kulit dan rambut kepala biasanya membuat botak dari kulit bersisik. Orang dengan kurap (Ringworm) di bagian-bagian dari lain kulit mereka dapat mempunyai gegabah berbentuk gelang kemerah-merahan dan mungkin gatal. Gegabah dapat kering dan bersisik atau basah dan kulit keras.

Dermatophyte ditularkan karena kontak dengan rambut atau kulit yang terinfeksi dan elemen fungi pada hewan, di lingkungan atau fomite (seperti, sisir, sikat, alat pencukur, kasur, pengangkutan sangkar burung, dll). M. canis dapat berasal dari debu, ventilasi, dan penyaring perapian tertutup. Spora M. canis dapat terus hidup di lingkungan sampai 18 bulan. Untuk itulah, sangat penting dalam mengurus lingkungan. Jamur penyebab ringworm tumbuh subur di daerah panas dan basah. Ringworm menyukai orang-orang yang mempunyai hasil air berlebih seperti berkeringat dan luka kecil pada kulit, rambut kepala dan kuku.

Bagaimana Cara Penyebaran Ringworm?

T. mentagrophytes yang sebelumnya sudah terdapat dalam kebanyakan sarang tikus, dan M.gypseum dari tanah yang terkontaminasi sangat berpotensial untuk menyebarkan ringwom dari hewan satu ke hewan lainnya dalam suatu lingkungan yang sudah terkontaminasi pula,ini juga yang menjadi masalah utama pada tempat-tempat penampungan atau pet shop.

Ringworm bisa sangat tahan lama di lingkungan dan dapat terbawa ke benda-benda furnitur, karpet, debu, kipas angin,dll, dan dapat mengontaminasi hewan peliharaan selama beberapa bulan bahkan tahun. Ringworm juga dapat tersebar pada alat-alat grooming, mainan, dan selimut, atau bahkan pada pakaian dan tangan manusia. Ringworm juga dapat ditemukan pada bulu hewan dari lingkungan yang terkontaminasi tanpa menimbulkan gejala apapun. Secara alami periode inkubasi untuk kasus ringworm antara 4 hari - 4 minggu.

Gejala-gejala

· gatal, merah, potongan bersisik yang mungkin melepuh dan mengeluarkan darah. potongan sering terlihat dengan tepi yang tegas dan menyolok. Ringworm berwarna merah yang mengelilingi bagian luar dengan kulit yang normal di pusat. ini membuat penampilannya seperti cincin. Kulit juga mungkin muncul kehitam-hitaman (gelap) atau agak terang.

· Apabila rambut kepala atau jenggot terinfeksi maka akan mengakibatkan kebotakan.

· jika kuku terinfeksi, mereka menjadi kehilangan warna, tebal, dan bahkan hancur luluh.

Faktor-Faktor yang Beresiko Tinggi Terinfeksi Ringworm.

1. Umur : hewan segala usia semuanya rentan terhadap infeksi ringworm, tapi hewan muda kurang dari 1 tahun lebih rentan terhadap ringworm.

2. Species dan hewan peliharaan : kucing lebih rentan terhadap ringworm dibanding anjing, terutama kucinng persia yang berbulu lebat.

3. Kekebalan/imunitas : Kondisi dimana sedang bunting/menyusui, malnutrisi, stres, kanker.

4. Kondisi dimana keadaan tubuh sudah terdapat parasit pendukung terjadinya ringworm.

Diagnosis

Uji klinis dan munculnya lesi zoonotik dapat dijadikan patokan, namun pengobatan tidak dapat dilakukan tanpa diagnostik yang lain. Test secara mikroskopik dengan cairan KOH dapat mengetahui adanya spora pada rambut, dan rontokannya. Namun kadang terjadi banyak kesalahan pada teknik ini. Test dengan menyinari lesi pada kulit dengan UV hanya dapat digunakan untuk kasus M. canis dermatophytosis, bila hasilnya positif maka akan terlihat flouresen berwarna hijau. Test dengan media Sabouraud’s merupakan jalan terbaik untuk menjalankan diagnosa.

Jika hewan peliharaan telah didiagnosa terkena dermatophytosis, penting juga mengidentikfikasi apakah hewan peliharaan yang lain terkena atau tidak.

Jika setelah ditest hasilnya negatif, sebaiknya dilakukan test fungi ulang setelah 2 minggu dari hasil status negatif. Jika hewan peliharaan negatif, sebaiknya segera diisolasi dari hewan lain yang terinfeksi.

Penanganan. Kucing shorthair dapat diisolasi tanpa dicukur. Namun pada kucing longhair harus dicukur terlebih dahulu lalu rambutnya dibakar. Proses ini agar dapat mengurangi kontaminasi lingkungan terhadap dermatophytosis.

BagaimanaPerawatan dalam Kasus Ringworm?

Pada kebanyakan kasus, hewan peliharaan secara spontan dapat sembuh dari ringworm dalam waktu 3 bulan. Walaupun begitu,pengobatan harus secara langsung dan cepat diberikan untuk menyembuhkan dan melindungi kontaminasi dari lingkungan.

Bercukur merupakan salah satu cara perawatan dari ringworm, walaupun tidak terlalu penting untuk hewan yang berbulu panjang dan memungkinkan akan memperburuk lesi dan mekanisme penyebaran spora jamur. Tetapi bercukur adalah factor pencegah yang penting untuk mengindari infeksi ringworm karena kebanyakan menyerang hewan yang berbulu panjang. Bercukur juga penting untuk kucing yang setelah grooming bulunya menjadi basah tidak teratur.

Komponen pengobatan yang tidak kalah penting dan yang paling utama adalah terapi topikal. Terapi ini berfungsi untuk menghilangkan spora jamur dari lingkungan. Dari semua terapi topikal, kapur sulfur celup terhitung mahal tapi relatif cepat untuk digunakan pada kucing. Sampo miconazole yang dikombinasikan dengan chlorhexidine mungkin juga efektif, tapi harus dalam satu kombinasi.

Terapi Topikal. Pengobatan dapat dikatakan tepat bila hanya menggunakan terapi topikal. Obat antifngal topikal seperti miconazole dan clotrimazole dapat berfungsi untuk lesi yang kecil, sedangkan enilconazole atau limesulfur (4-8 oz/galon) dengan mencelupkan hewan dengan infeksi yang luas. Pemakaian tuggal clorhexidine tidak efektif untuk menghilangkan dermatophytosis ataupun mencegah kontaminasi lingkungan. Infeksi yang terjadi di cattery dianjurkan dalam waktu yang lama dan perlu dilakukan perubahan manajemen kandang.

Terapi Sistemik. Terapi sistemik dapat digunakan untuk pengobatan semua jenis dermatophytosis. Pilihan obat yang digunakan adalah griseofulvin (50 mg/kg PO q 24h) dicampur dengan makanan yang berminyak. Griseovulvin merupakan obat keras sehingga tidak dapat digunakan pada hewan yang hamil. Efek sampingnya yaitu depresi, ataxia dan anemia. Efek samping ini akan berhenti bila konsumsi obat tidak dilanjutkan. Depresi umsum tulang belakang akan terjadi pada kucing yang terinfeksi FeLV. Obat alternative lain yaitu ketoconazol (5-10 mg/kg PO q 24h) atau dapat pula dipilih itraconazole(100 mg/kg PO q 24h). Pengobatan harus berlanjut paling tidak 4-6 minggu dan tidak boleh berhenti sampai jamur tidak tumbuh lagi, agar pertumbuhan jamur dapat terjadi lagi.

Terapi Lingkungan.Area rumah / lingkungan yang dilewati hewan harus di bersihkan dengan vacum cleaner sesering mungkin untuk menghilangkan rambut dan spora. Kandang dan permukaan yang kemungkinan terdapat debris harus dicuci setiap hari dengan 1:10 larutan pemutih. Semprotan enilconazole dapat pula dipakai.

Yang harus diperhatikan : -sering terjadi kesalahan diagnosis, -hati-hati terhadap resiko zoonosis.

Treatment. Ringworm biasanya merespon dengan baik dari pengobatan sendiri dalam 4 minggu tanpa harus ke dokter. · menjaga kulit bersih dan kering. · menerapkan over-the-counter antifungal atau mengeringkan bubuk, lotion, atau krim. yang berisi miconazole, clotrimazole, atau ramuan yang mirip yang sering efektif. · mencuci pakaian tiap hari ketika tertulari. Infeksi persisten mungkin memerlukan treatment dari dokter. Pil antifungal mungkin memberi dan perlu jika rambut tertular. Resep antifungal pengobatan kulit, seperti ketoconazole, lebih kuat dari over-the-counter produk dan mungkin diperlukan. Antibiotik mungkin juga diperlukan untuk mengobati infeksi bakteri. Hewan kesanyangan yang terinfeksi juga harus dilakukan treatment.
Prognosis. Pengobatan kulit biasanya berhasil pada pengobatan Ringworm selama 4 minggu. jika infeksi ringworm keras atau resisten, ini biasanya akan merespon dengan cepat untuk pil antifungal. Kemungkinan komplikasi · penyebaran ringworm ke wilayah lain · infeksi kulit hasil bakteri · infeksi kulit atau kekalutan kulit lain · efek samping dari pengobatan
Pencegahan

  1. Harus diingat bahwa tidak ada vaksin pembasmi ringworm
  2. Tidak ada pengujia absolute yang bisa dipercaya
  3. Menjaga hewan agar selalu bersih, kering, menyembuhkan hewan atu mencegah infeksi dari parasit-parasit lain, menjaga hewan agar tidak stress
  4. Tidak mencampur anak kucing dengan kucing dewasa
  5. Mengisolasi hewan yang terkena infeksi ringworm dari hewan yang lain
  6. Karena ringworm temasuk zooosis, maka manusia harus berhati-hati dalam menjaga kebersihan, baik kandang maupun lingkungan rumah atau penampungan

Dekontaminasi Lingkungan

Microsporum canis dapat tetap pada tuntutannya lingkungan untuk masa panjang. Spora mikroskopis dan dapat menyebar dengan mudah oleh angin dan mencemari debu dan melalui ventilasi. jumlah kontaminasi lingkungan secara langsung dihubungkan dengan banyak kucing yang terjangkit dan lama kucing di rumah atau cattery sebelum infeksi dikenali.

Rumah harus dibersihkan secara teratur terutama kalau ada karpetnya,harus sering divacuum cleaner. Selain itu, tempat tidur kucing dan kamar mandi juga rajin dibersihkan.

Desinfektan lingkungan

Desinfektan adalah bahan pembasmi kuman yang inactivate pathogenic jasad renik di obyek inanimate, tetapi tidak harus semua bentuk jasad renik.

Lime-sulfur (1: 33) enilconazole (20 µl/ml) dan bleach (1: 10) secara konsisten efektif bila didilusi. Penyemprotan dan fogger bisa digunakan sebagai precleaning lingkungan tetapi menyebabkan barkarat dan berbahaya jika termakan/tercerna.

Chlorhexidine dan virkon s (sebelum internasional) tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai fungicidal desinfektan.

Referensi Weinstein A. Topical treatment of common superficial tinea infections; Am Fam Physician. 2002; 65(10): 2095-2102; Gupta AK. Treatments of tinea pedis; Dermatol Clin. 2003. 21(3): 431-462; Pratte M. Common skin conditions in athletes; Clin Fam Pract. 2003; 5(3): 653; Veterinary Specialists Inc. Millie Rosales, DVM DACVD; Monitoring Treatment and Preventing Reinfection in Cats with Dermatophytosis. Karen A. Moriello, DVM, DACVD
Dept of Medical Sciences, SVM, University of Wisconsin-Madison, Madison, WI 53706;