04 Maret 2008

Dermatophytosis: Pengobatan

PENGOBATAN
DERMATOPHYTOSIS ATAU RINGWORM

oleh Intan P.M (KH/5654), Ratri L.(KH/5668),
Riani A.M (KH/5670), Viky V. (KH/5674)

Ringworm merupakan masalah yang sulit diatasi pada pemeliharaan hewan kesayangan terutama kucing. Gejala dermatophytosis bisa saja tidak muncul pada induk kucing namun setelah induk tersebut melahirkan anak, dalam beberapa minggu anak kucing tersebut menunjukkan gejala ringworm. Akibatnya kucing yang terinfeksi ringworm atau dermatophytosis tidak menarik lagi, karena bulunya rontok, kulit terdapat jamur sehingga terlihat stress karena gatal.
Untuk itu berbagai cara dilakukan guna membasmi ringworm yang bertujuan menghilangkan jamur dan spora jamur dari tubuh kucing dan lingkungan sekitar (kandang, lantai, peralatan kucing, dll).

CARA MEMBASMI RINGWORM PADA TUBUH KUCING
Ada 2 cara pengobatan yang paling untuk menghilangkan jamur penyebab ringworm dari tubuh kucing, yaitu :
    1. pengobatan luar (salep, obat gosok, shampoo)
    2. obat oral (makan).
Kombinasi antara kedua cara pengobatan diatas akan menunjukkan hasil yang optimal pada penyembuhan ringworm atau dermatophytosis.
Salep dan obat gosok bisa digunakan untuk menyembuhkan ringworm yang terpusat. Sedangkan untuk membasmi spora dan ringworm pada daerah luas , sebaiknya ditambah dengan penggunaan shampoo anti jamur. Obat oral diberikan dalam jangka waktu lama untuk mengobati infeksi jamur yang sulit dihilangkan. Biasanya jangka waktu pemberian obat tergantung jenis obatnya( beberapa minggu sampai beberapa bulan). pemberian obat dalam waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang buruk sehingga pemberian obat perlu diawasi oleh dokter hewan.
Contoh - Contoh Obat Oral
  1. Griserofulvin
    waktu pemberian obat : 4-6 minggu atau lebih.
    efek samping : cacat pada fetus kucing (jangan diberikan pada kucing bunting), gangguan pencernaan, penurunan aktivitas sumsum tulang, demam, dan hilangnya nafsu makan.
  2. Sporanox
    waktu pemberian obat : 1 minggu sekali, selama 2 minggu, diberikan bersama makanan berlemak untuk meningkatkan penyerapan obat.
    efek samping : muntah,cacat pada fetus kucing (jangan diberikan pada kucing bunting), hilang nafsu makan, gangguan enzim hati (jarang)
  3. Fluconazole
    waktu pemberian : tiap hari atau selang satu hari selama beberapa minggu
    efek samping : cacat fetus dan gangguan hati
  4. Ketoconazole
    merupakan obat anti jamur
    efek samping : mual, muntah, cacat fetus dan nafsu makan hilang.
Pemberian obat-obatan ini akan mengganggu aktivitas normal usus yang dapat menimbulkan diare atau feses lembek dalam beberapa waktu.
Contoh-contoh Obat Luar :
  1. Salep & obat gosok
    obat gosok baik untuk ringworm lokal atau beberapa tempat kecuali wajah kucing. Namun warna obat gosok akan berbekas pada bulu kucing dan baunya menyengat.
    salep berfungsi sama seperti obat gosok. kekurangan salep cenderung membuat bulu gimbal.
  2. Shampoo anti Jamur
    digunakan untuk mencuci bulu namun kurang tuntas untuk membasi jamur penyebab ringworm.
  3. Belarang 0.5-5%
    Kucing dimasukkan (celup) kedalam cairan belerang tersebut dan ratakan cairan ke seluruh badan. Kemudian keringkan dengan handuk dan keringkan bulu. Biasanya dengan 2-4 kali pengobatan, jamur sudah bisa dikendalikan. Kekurangan pengobatan ini adalah bau sulfur yang bisa menyebabkan hilangnya nafsu makan kucing.

Daftar Pustaka
http://kucingkita.com/modules. drh. Neno Waluyo. 2006
Susetyo bayu. 2004. Panduan Memelihara Kucing Persia. Tangerang: Agromedia Pustaka
Pelczar, Michael J. 2006. dasar-dasar Mikrobiologi.Jakarta : UI Press.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

tulisan ini lumayan bagus tapi kenapa yang dibahas lebih banyak soal kucing padahal aplikasi yang mudah ditemui disekitar kita adalah sapi atau hewan ternak lain apa hewan ternak bisa terkena dermatophytosis?dan pengobatanya yang mudah diberikan juga yang murah dan efektif?
trims

Anonim mengatakan...

kami ingin menjawab komentar tentang dematophitosis pada sapi atau hewan ternak lain...
Ringworm atau dermatophitosis juga bisa menyerang hewan ternak seperti sapi maupun hewan lain contohnya kuda. pada sapi ringworm atau dermatophitosis disebabkan oleh Trichophyton verrucosum, pada sapi pengobatannya pun hampir sama dengan kucing atau pet animal lain. namun pada sapi akan lebih mudah dan efektif bila diobati dengan obat oles atau salep karena sapi tidak memiliki rambut yang panjang seperti kucing sehingga tidak perlu menggunakan shampoo atau bedak antijamur. pada sapi juga bisa diobati dengan memandikan sapi dengan belerang 0.5-5%. kami lebih membahas pengobatan pada kucing karena ringworm merupakan masalah yang cukup berpengaruh karena biasanya kucing dipelihara untuk dimanfaatkan keindahaannya sehingga kesehatan kulit dan rambut sangat penting

Anonim mengatakan...

Bagaimana dengan pemberian antibiotik
polyene/amphotericin B??menurut saya obat ini sangat efektif,karena antibiotik ini memiliki afinitas tinggi thdp sterol fungi.Walaupun bersifat toksik.Trim's

Anonim mengatakan...

kelompok kami menjawab:

Terapi dengan amphotericin B memperlihatkan hasil yang baik.
Amphotericin B diberikan tiap hari intravena dengan dosis 0,5
mg/kg,diberikan enam sampai sepuluh minggu, tergantung dari perbaikan
klinis danekmbalinya cairan serebrospinal kearah normal. Peneliti lain
memberikan amphotericin B dengan 5-flurocytosine 150 mg/kg perhari
(dalam 4 dosis). Kombinasi ini memberikan hasil yang lebih baik.

Antibiotik polyene :
Berdaya anti fungi karena mengganggu permeabilitas
membran jamur sehingga terjadi ketidakseimbangan intraseluler.
Polyene dengan molekul kecil seperti Natamycin menyebabkan
lisis permanen membran dibanding perubahan reversibel oleh
yang bermolekul besar seperti Nystatin, Amphotericin B. Tidak
larut dalam air dan tidak stabil pada oksigen, cahaya, air, panas.
Golongan ini mempunyai daya antifungi spektrum luas tapi tidak
efektif terhadap Actinomyces dan Nocardia.
Nystatin semula tersedia secara komersial di Indonesia,
tetapi sekarang sedang tidak diproduksi. Mungkin bisa dibuat
dari tablet Mycostatin® (500.000 unit/tablet) dengan konsentrasi
100.000 unit/ml, walaupun vehikulum talknya iritatif terhadap
kornea dan konjungtiva.
Amphotericin B 0,1% tersedia secara komersial dan bila
diragukan kestabilannya, bisa dibuat dari preparat perenteral
dengan mengencerkannya dengan akuades. Prepanat Ampho-
tericin B iritatif terhadap kornea dan konjungtiva. Obat ini
efektif terhadap Aspergillus, Fusanium dan Candida. Pengobatan
intravena tidak dianjurkan karena toksik terhadap ginjal dan
penetrasi ke kornea minimal.
Natamycin (piramycin) berspektrum luas seperti polyene
lain, tetapi dilaporkan lebih efektif terhadap Fusanium. Di Ame-
rika Serikat lanutan 5% sering dipakai dengan berhasil dan di
Eropa tersedia dalam bentuk salep 1% dan larutan 2,5%. Walaupun
dalam vademikum salah satu industri farmasi tercantum, tetapi
secara komersial agaknya tidak tersedia.
Griseofulvin tersedia luas secara komersial moral, sayang
preparat ini sulit mencapai cairan tubuh atau janingan dalam
konsentrasi tinggi sehingga kurang bermanfaat secara oftalmo-
logik.
Golongan Imidazol, dan ketokonazol dilaporkan efektif
terhadap Aspergillus, Fusarium, Candida. Tersedia secara ko-
mersial dalam bentuk tablet. Mungkin bisa dibuat menjadi larut-
an (pernah dilaporkan), tetapi penulis bclum bcrhasil mcng-
aplikasikannya.
intan/5654