08 Maret 2008

PENGOBATAN HISTOPLASMOSIS

PENGOBATAN HISTOPLASMOSIS

Oleh:
Fatkhanuddin Aziz KH/5524 , Dewi Mutisari KH/5644 , Yunida Firmasari KH/5727 , Intan Nur R. KH/5729 , Tri Ari Widiastuti KH/5737

Histoplasmosis adalah infeksi jamur paru-paru yang paling prevalen pada manusia dan hewan. Histoplasmosis ini termasuk mikosis sistemik. Histoplasmosis disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini bersifat dimorfik serta saprofit pada tanah. Histoplasma capsulatum tumbuh sebagai mold, diperkaya oleh alkalin dan substrat nitrogen. Jamur ini berada pada alam, seperti pada tanah kering atau tanah yang bercampur kotoran hewan terutama burung (Schnurrenberger et al., 2005).

Pengobatan histoplasmosis dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obat antara lain sebagai berikut :

  1. Amphotericin B, merupakan antibiotik polyene fungisidal yang digunakan untuk pengobatan pada kasus mycosis yang bersifat sistemik, fungal septicemi, infeksi fungi pada saluran perkencingan (Tennant,2002).

Dosis :

a. Anjing : 0,25-0,5 mg/kg dengan frekuensi 48 jam.

b. Kucing : 0,25-0,5 mg/kg dengan frekuensi 48 jam.

2. Ketoconazole, merupakan agen antifungal imidazole berspektrum luas. Bekerja dengan menghambat sintesis dari ergosterol pada membrane sel fungi, meyebabkan peningkatan permeabilitas membrane sel. Ketoconazole juga digunakan secara umum untuk pengobatan aspergillosis, candidiasis, blastomycosis, dermatophytosis dan sporotrichosis (Tennant,2002).

Dosis :

a. Anjing : 10-15 mg/kg dengan frekuensi 12-24 jam.

b. Kucing : 50 mg/kg dengan frekuensi 12-24 jam.

Ketoconazole diberikan bersamaan dengan terapi Amphotericine B namun ketoconazole diberikan tersendiri setelah kesehatan mulai meningkat.

3. Itraconazole, merupakan agen triazole antifungal. Bekerja dengan menghambat system sitokrom pada sintesis ergosterol di membrane sel fungi. Itraconazole bekerja lebih baik dengan tingkat selektivitas yang lebih tinggi terhadap enzim dependent sitokrom daripada ketoconazole (Tennant,2002).

Dosis :

a. Anjing : 5 mg/kg dengan frekuensi 24 jam per-oral

b. Kucing : 5 mg/kg dengan frekuensi 24 jam per-oral

4. Flucytosine

Efeknya sedikit untuk Histoplasma capsulatum. Kombinasi antara Flucytocine dan Ketoconazole dapat menimbulkan efek toxic apabila diberikan sebagai terapi pada kucing (Adam, 1995).

Ketoconazole pada manusia diberikan pada infeksi ringan-sedang. Untuk infeksi menyeluruh diberikan pengobatan sistemik dengan menggunakan Amphotericin B walau waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan cukup lama. Pada penderita AIDS yang terkena histoplasmosis memerlukan terapi pemeliharaan dengan Amphotericin B mingguan atau Ketoconazole oral (Brooks et al., 2005).

Penanggulangan dapat dilakukan dengan penyemproten formaldehid untuk membunuh Histoplasma capsulatum yang ada pada tanah (Brooks et al., 2005).

Daftar Pustaka

Adam. Richards. H., 1995. Veterinary pharmacology and therapeutics 7th edition. Iowa : iowa state university press.
Brooks, Geo F. Butel Janet S. Morse, Stephen A.. 2005. Mikrobiologi kedokteran, edisi pertama. Jakarta : salemba medika.
Schnurrenberger, Paul R. Hubbert, William T. 1991. Ikhtisar Zoonosis. Bandung : ITB.
Tennant, Bryn. 2002. BSAVA Small Animal Formulary 4th Edition. England: British Small Animal Veterinary Association.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya pernah membaca pernyataan bahwa treatment untuk histoplasmosis yang memuaskan sampai saat ini belum ada, jadi pernyataan yang saudara bagaimana dengan apa yang anda jelaskan semua ini..

lalu saya mau menanyakan penyemprotan formaldehid di tanah itu,,bagaimana pengaruhnya terhadap burung karena histoplasmosis juga terdapat pd burung,,apakah resisten ato gimna..terima kasih.,.,