04 Maret 2008

HISTOPLASMOSIS

Histoplasmosis

Oleh:

Yudi Kurniawan EKH / 454, Fuad Abdurahman EKH / 453,
Muh. Masrul Anam EKH / 456,
Bambang Trisyanto EKH / 458

DEFINISI

Histoplasmosis adalah infeksi oportunistik (IO) yang umum pada orang HIV-positif. Infeksi ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini berkembang dalam tanah yang tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan unggas, sehingga ditemukan dalam di kandang burung/unggas dan gua. Infeksi menyebar melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat napas, dan tidak dapat menular dari orang yang terinfeksi.

Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rusak, biasanya dengan jumlah CD4 di bawah 150. Setelah berkembang, infeksi dapat menyebar pada paru, kulit, dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain.

Histoplasmosis adalah penyakit yang didefinisi AIDS. Gejala awal muncul serupa dengan penyakit flu yang ringan, dan berkembang dengan berbagai gejala, termasuk kelelahan, demam, sesak napas, batuk kering, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, sakit sendi dan otot, serta panasdingin. Penyakit parah dapat menyebabkan pembengkakan pada hati atau kelenjar getah bening.

Histoplasmosis juga dapat mempengaruhi sumsum tulang, dengan akibat anemia (kurang darah merah), leukopenia (kurang beberapa jenis darah putih) dan trombositopenia (kurang trombosit, dengan akibat darah sulit beku).

PENYEBAB
Jamur Histoplasma capsulatum.

Spora dari jamur Histoplasma capsulatum banyak terdapat di dalam tanah, terutama di daerah Timur dan Barat-tengah Amerika Serikat. Petani dan pekerja lainnya yang berhubungan dengan tanah yang terkontaminasi oleh spora, kemungkinan besar akan menghirup spora tersebut. Jika sejumlah besar spora terhidup bisa terjadi penyakit yang berat. Penyakit ini lebih sering terjadi padapenderta infeksi HIV, terutama dalam bentuk histoplasmosis yang menyebar ke seluruh tubuh.


GEJALA
Histoplasmosis bisa ditemukan dalam 3 (tiga) bentuk:

1. Histoplasmosis akut.

Pada bentuk yang akut, gejala biasanya timbul dalam waktu 3- 21 hari setelah penderita menghisap spora jamur. Penderita akan merasakan sakit disertai demam dan batuk. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan dan kadang bisa menetap sampai selama 6 minggu. Bentuk ini jarang bersifat fatal.


2. Histoplasmosis diseminata progresif.

Bentuk ini dalam keadaan normal tidak akan terjadi pada orang dewasa yang sehat. Biasanya terjadi pada anak-anak dan penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS). Gejala-gejalanya, sangat lambat ataupun sangat cepat, akan bertambah buruk. Hati, limpa dan kelenjar getah bening membesar.Kadang infeksi ini menyebabkan ulkus (luka terbuka) di mulut dan saluran pencernaan. Dalam beberapa kasus, kelenjar adrenal mengalami gangguan sehingga timbul penyakit Addison. Tanpa pengobatan, bentuk ini 90% berakibat fatal. Bahkan meskipun diobati, pada penderita AIDS bisa terjadi kematian.

3. Histoplasmosis kavitasi kronis.

Bentuk ini merupakan infeksi paru-paru yang timbul secara bertahap dalam waktu beberapa minggu, menyebabkan batuk dan kesulitan bernafas.

Gejala-gejala lainnya adalah penurunan berat badan, malaise (merasa tidak enak badan) dan demam ringan.

Kebanyakan penderita akan pulih tanpa pengobatan dalam waktu 2- 6 bulan. Tetapi gangguan pernafasan bisa bertambah buruk dan beberapa penderita mengalami batuk darah yang kadang-kadang jumlahnya banyak sekali. Kerusakan paru-paru atau masuknya bakteri ke paru-paru pada akhirnya bisa menyebabkan kematian.


DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil analisa biakan dari dahak, kelenjar getah bening, sumsum tulang, hati, ulkus di mulut, air kemih atau darah.

Ada juga tes antigen untuk H capsulatum. Tes ini paling peka dengan contoh air seni, tetapi juga dapat dipakai dengan darah. Histoplasmosis juga dapat didiagnosis dengan membiakkan jamur dari contoh sumsum tulang, tetapi proses ini membutuhkan waktu beberapa minggu.

PENCEGAHAN

Cara terbaik untuk mencegah histoplasmosis adalah dengan memakai terapi antretroviral (ART). Itrakonazol atau flukonazol dapat dipakai untuk mencegah munculnya infeksi jamur termasuk histoplasmosis, namun penggunaannya umumnya tidak diusulkan. Profilaksis terhadap histoplasmosis dapat dipertimbangakan untuk Odha dengan jumlah CD4 di bawah 150 dengan pekerjaan berisiko tinggi (mis. pertanian, berkebun, buruh bangunan).


PENGOBATAN

Histoplasmosis diobati dengan dua tahap: induksi (terapi awal untuk infeksi akut), dan rumatan atau profilaksis sekunder (terapi terus-menerus untuk mencegah kambuhnya).

Bila infeksinya ringan atau sedang, terapi induksi dilakukan dengan itrakonazol. Bila penyakit berat, amfoterisin B dapat dipakai pada awal. Amfoterisin B adalah obat yang sangat manjur. Obat ini diinfus secara perlahan, dan dapat mengakibatkan efek samping yang berat. Ada versi amfoterisin B yang baru, dengan obat dilapisi selaput lemak menjadi gelembung kecil yang disebut liposom. Versi ini mungkin menyebabkan lebih sedikit efek samping. Terapi amfoterisin B biasanya dilakukan selama 3-10 hari, dan pasien umumnya dirawat di rumah sakit selama ini. Karena penguraian obat ini berbeda beda tergantung pada individu, tingkat obat dalam darah harus dipantau.

Setelah terapi awal ini selesai, terapi diteruskan dengan itrakonazol dilakukan untuk menyelesaikan 12 minggu terapi. Bila itrakonazol tidak dapat ditahan, flukonazol dapat dipakai sebagai pengganti. Bila histoplasmosis sudah mempengaruhi SSP, biasanya terapi induksi dengan amfoterisin B diteruskan selama 12-16 minggu. Setelah terapi ini, profilaksis sekunder, biasanya dengan itrakonazol, harus dilakukan seumur hidup. Belum ada kesepakatan apakah profilaksis sekunder ini dapat dihentikan bila ada pemulihan kekebalan akibat penggunaan ART. Namun ada laporan yang menunjukkan bahwa profilaksis ini dapat dihentikan bila terapi sudah dilakukan lebih dari 12 bulan, jumlah CD4 di atas 150, ART dipakai selama lebih dari enam bulan, DAN tes pada air seni mendukung.

KESIMPULAN

  • Histoplasmosis adalah penyakit jamur yang umum pada Odha di Indonesia. Jamur tersebut tidak dapat diberantas.
  • Penyakit ini muncul saat sistem kekebalan tubuh sangat rusak, yaitu dengan jumlah CD4 di bawah 150.
  • Histoplasmosis biasanya harus diobati pada awal dengan obat yang cukup manjur, amfoterisin B, yang juga menimbulkan efek samping yang berat.
  • Setelah pengobatan awal, terapi harus diteruskan dengan itrakonazol seumur hidup, atau sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi pulih akibat penggunaan ART.

DAFTAR PUSTAKA

http://aapredbook.aappublications.org/week/iotw060506.shtml

http://spiritia.or.id/li/pdf/LI522.pdf

http://www.indonesiaindonesia.com/f/11332-histoplasmosis/

http://www.medicastore.com/med/

www.healthatoz.com/.../images/ency/00044028.jpg

1 komentar:

Unknown mengatakan...

artikelnya mudah dimengerti...
siiip lah...