08 Maret 2008

Pneumocystis Pneumonia: Diagnosis Laboratorik & Identifikasi

Pneumocystis Pneumonia: Diagnosis Laboratorik & Identifikasi

Oleh:

Agung Listyo KH/5627, Ayu Budi Handayani KH/5631, Agnya Sinung Suminar KH/5655, Lalita Prasiddhanti KH/5665, Yari Henni Pratiwi KH/5703

Identifikasi

Pneumonia Pneumokistik (Pneumokistosis) atau PCP adalah suatu infeksi paru-paru akibat jamur yang bernama Pneumocystis carinii.

PCP disebabkan oleh jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap orang. Dahulu jamur tersebut disebut Pneumocystis carinii, tetapi para ilmuwan kini menggunakan nama Pneumocystis jiroveci, namun penyakit masih disingkatkan sebagai PCP. Pneumocystis carinii adalah organisme yang biasa hidup di paru-paru normal dan tidak menimbulkan gejala.
Tetapi pada orang-orang yang mengalami gan
gguan sistem kekebalan akibat kanker, jamur tersebut bisa menyebabkan terjadinya infeksi paru-paru.
Pneumokistosis biasanya memiliki perjalanan penyakit yang lebih lambat, yaitu batuk, demam dan sesak nafas selama berminggu-minggu. Kebany
akan penderita akan merasakan demam, sesak nafas dan batuk kering. Paru-paru tidak dapat menyalurkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke dalam darah sehingga timbul sesak nafas yang berat. Sesak terutama timbul setelah penderita melakukan aktivitas.

Jamur Pneumocystis hampir selalu mempengaruhi paru, menyebabkan bentuk pneumonia (radang paru). Sebagian besar hewan yang mengalami penyakit PCP menjadi jauh lebih lemah, kehilangan berat badan, dan kemungkinan akan kembali mengalami penyakit PCP lagi.


Pneumocystis carinii dinding selnya mengandung chitin sehingga menyerupaidinding sel jamur. Hanya saja ergosterol yang biasanya didapatkan pada dinding jamur tidak dijumpai, akibatnya Pneumocystis carinii tidak dapat diobati dengan antijamur yang mengikat ergosterol (seperti amphotericin B) atau yang memperlambat sintesa ergosterol (seperti imidazole dan triazole).

Infeksi baru menimbulkan gejala bila T helper cell berjumlah kurang dari 200 /millimeter cubic.

Pneumocystis carinii dapat menyebabkan infeksi di organ-organ lain selain paru. Pneumocystis carinii tidak bisa dikultur.

- Pneumocystis carinii dengan pewarnaan H&E

Tampak eksudat yang menyerupai bentukan seperti sarang tawon (honey comb).

- Pneumocystis carinii dengan pewarnaan GMS

Tampak eksudat di dalam alveoli yang berisi kista Pneumocystis carinii.

- Pneumocystis carinii dengan pewarnaan Giemsa

Dinding kista tidak tercat dengan cat giemsa tetapi yang terlihat hanya intracystic body. Intracystic body ini diduga sama dengan sporozoite.


Diagnosis

Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis etiologik, berdasarkan pemeriksaan mikrobiologik dan / atau serologik sebagai dasar terapi yang optimal. Namun penemuan bakteri penyebab tidak selalu mudah oleh karena memerlukan laboratorium penunjang yang memadai, dan bila pemeriksaan mikrobiologik dapat dilakukan pun tidak selalu kuman penyebab dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengembangkan pedoman klinik diagnosis dan tatalaksana pneumonia pada anak. Tujuannya ialah menyederhanakan kriteria diagnosis menjadi sejumlah kecil tanda fisik yang langsung dapat di deteksi, membuat suatu sistem klasifikasi penyakit dan menentukan dasar pemakaian antibiotik.

Diagnosis pneumonia dapat dilihat dari gejala yang timbul pada hewan dan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Informasi dari pemeriksaan dada dengan X-Ray, tes darah, kultur sputum juga dapat membantu. Diagnosis pneumonia sulit dilakukan bila hewan menderita penyakit lain. Kadang-kadang CT scan atau dengan tes lain mungkin diperlukan untuk membedakan pneumonia dengan penyakit lain.

Masa ikubasi antara 20-30 hari, diikuti gejala berupa anoreksia, temperatur turun, demam, tekanan darah menurun, denyut jantung meningkat, saturasi oksigen menurun, badan yang lemah, berat menurun, sesak napas, batuk kering, serta sianosis. Jamur dapat ditemukan dari sputum hewan yang menderita atau jaringan paru yang dilihat dengan pewarnaan Giemza di bawah mikroskop. Pemeriksan rontgen serta pemeriksaan dengan PCR akan memperkuat penentuan diagnosis ini.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesiaindonesia.com/f/9936-pneumonia-pneumokistik/
http://mikrobia.wordpress.com/2007/03/08/pneumonia-pneumokistik/ http://www.clt.astate.edu/mhuss/phylum_ascomycota.htm http://www.klinikmedis.com/index.php?view=article&catid=36%3Aasthma&id=76%3Apneumonia&option=com_content&Itemid=73 Soedarto.2003.Zoonosis Kedokteran.Erlangga University Press:Surabaya



2 komentar:

Anonim mengatakan...

setelah membaca artikel yang anda tulis, saya ingin menanyakan apakah Pneumocystis carinii selalu ada dalam pulmo??? apakah semua hewan memilikinya, demikian juga dengan manusia? dan letaknya dibagian sebelah mana dari pulmo? setau saya pulmo adalah salah satu organ vital bagi makhluk hidup dimana terdiri atas serangkaian kapiler2 darah yang membentuk anyaman, jadi adanya benda sekecil apapun di pulmo umumnya akan menimbulkan gangguan...

terima kasih jawabannya...

Anonim mengatakan...

Yang saya tahu PCP hanya terdapat pada manusia dengan sistem imun yang sangat lemah seperti AIDS, keganasan atau orang yang sedang menkonsumsi immunosuppressive agent seperti steroid (saya kurang tahu mengenai keberadaannya pada hewan). Ada suatu penelitian yg menyatakan bahwa Pneumocystis tidak ditemui setelah dilakukan otopsi pada jaringan paru(pulmo) orang sehat( Manson's Tropical Disease) oh iya untuk menambahkan Pneumocystis jirovecii bukan benda tapi jamur sperti yg dikatakan penulis, dan di paru dia berada di alveolus.